Askep TB Paru
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Tuberkulosis paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansyoer, 1999, hal 472)
Tuberkulosis adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga
ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus
limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).
Tuberkulosis adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium
tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah,
orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elizabeth, 2000,
hal. 414)
Tuberkulosis paru
merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa
saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda,kaya dan miskin serta dimana saja.
2.
Etiologi
Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil tuberkulosis
(Mycobacterium tuberkulosis humanis).
Bakteriologinya adalah :
·
Mycobacterium tuberculosis familie
Nycobakterium yang mempunyai berbagai genus, satu
diantaranya adalah Mycobakterium yang
salah satu spesiesnya adalah M. Tuberculosis.
·
M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah
type humanis.
·
Basil Tuberkulosis mempunayi
dinding sel lipid sehingga tahan asam. ( Halim, 1998, hal 97)
3.
Patofisiologi
Individu rentan yang
menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk
memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah
ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru
lainnya. Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menelan banyak bakteri : limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli, menyebabkan bronkopneomoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2
sampai 10 minggu stelah pemajanan. Masa jaringan baru, yang disebut granulomas,
yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi
oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa
jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon.
Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa
perkembangan penyakit aktif. (Suzanne & Smeltzer, 2001, hal. 2428)
4.
Manifestasi Klinis
Gejala utama tuberkulosis
paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala
flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
a)
Tahap asimtomatis.
b)
Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian stagnasi dan
regresi.
c)
Eksaserbasi yang memburuk.
d)
Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
1)
Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki basah. Dan
lain-lain)
2)
Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
3)
Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.
4)
Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang
berhubungan langsung dengan bronkus. (Mansyor, 1999, hal.473)
5.
Penatalaksanaan
a) Obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakterisid dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara
lain :
·
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif
secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
·
Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah
pengobatan dengan kegiatan strelisasi.
·
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui
perbaikan daya tahan imunologis.
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui
2 fase :
1) Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid
untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah denga cepat.
2) Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi
kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada
pengobatan konversional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH),
rifampisin (R), pirazinamid (Z),
b) Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau strategi yang dilaksanakan di
pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien
tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah dis
etiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan
pendanaanpun akan tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk
mendiagnosa tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka
dengan penemuan sevara pasif.
3. Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang
dikenal dan dipercayai baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang ikut
mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien
betul minum obatnya dan diharakan sembuh pada akhir masa pengobatan.
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar
sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemamtauan pasien
dapat berjalan.
5. Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek
yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan
obat ini. (Mansyor, 1999, hal 474)
B.
Asuhan Keperawatan
Menurut Doengoes PPOM (2000),
pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan pada pasien dengan
tuberkulosis paru adalah sebagai berikut
Dasar
data pengkajian pasien. Data tergangung pada tahap penyakit dan derajat yang
terkena.
1. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelelahan umum, dan
kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam
malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk. Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea, pada kerja, kelelahan
otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjtu).
Integritas Ego
Gejala : Adanya
factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, populasi budaya/etnik, Amerika asli atau imigran dari amerika tengah,
asia tenggara, Indian anak benua. Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas,
ketakutan, mudah terangsang.
Makanan/Cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna,
penurunan berat badan. Gejala : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik,
kehilangan otot atau hilang lemak subkutan.
Nyeri/Kenyamanan
Tanda : Nyeri
dada meningkat karena batuk berulang. Gejala : Berhati-hati pada area yang sakit,
perilaku distraksi, stress.
Pernafasan
Tanda : Batuk, produktif
atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis/terpajan pada individu
infeksi. Gejala : Peningkatan
frekwensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura),
pengembangan pernapasan tak simetris (efusi pleura). Perkusi pekak dan
penurunan fremitus ( cairan pleura atau penebalan pleura) bunyi napas
menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleural/pneumotorak).
Bunyi napas tubuler dan atau bisikan
pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi
cepat setelah batuk pendek (krekels postusicc), karakteristik sputum :
hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran
broncogenik) tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental
(tahap lanjut )
Keamanan.
Tanda : Adanya kondisi
imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif
Gejala : Demam rendah atau sakit panas akut.
Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan
karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda : Riwayat keluarga tuberkulosis. Ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya tuberkulosis, tidak
berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan Rencana pemulangan : Memerlukan
bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan keperawatan diri dan
pemeliharaan/perawatan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
Kultur sputum : positif
unuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit. Ziehl-Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : positif
untuk basil asam-cepat. Tes kulit (PDD, Mantouk, potongan volmer) : reaksi
positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah
injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa tuberkulosis aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh micobakterium yang berbeda. Foto
thoraks: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas
tuberkulosis dapat termasuk rongga, area fibrosa. Pemeriksaan fungsi paru :
penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit
pleural (Tuberkulosis paru kronis luas ).
Prioritas keperawatan
1) Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi
adekuat.
2)
Mencegah
penyebaran infeksi
3) Mendukung prilaku/tugas untuk mempertahankan
kesehatan.
4)
Meningkatkan
strategi koping efektif.
5) Memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan pemulangan
a) Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
b) Komplikasi dicegah
c) Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran
infeksi.
d)
Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
dipahami.
2. Diagnosa dan
Perencanaan keperawatan
Diagnosa dan perencanaan
dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun diagnosa dan perencanaan
tersebut :
a. Resiko tinggi
penyebaran/aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak
adekuat, penurunan kerja silia/stasis sekret, kerusakan jaringan/tambahan
infeksi, penurunan pertahanan/ penekanan proses imflamasi, malnutrisi, terpajan
lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi. Kriterial Hasil
: Menunjukkan
teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Anjurkan pasien
untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindar meludah. Rasional : perilaku yang diperlukan
untuk mencegah penyebaran infeksi. Intervensi
: Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi
pernapasan. Rasional : dapat
membantu membantu rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan
dengan penyakit menular. Intervensi : Awasi suhu sesuai indikasi. Rasional : reaksi demam indikator
adanya infeksi lanjut. Intervensi :
Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. Rasional : periode
singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga
atau penyakit luas sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3
bulan. Intervensi : Kaji pentingnya
mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya
terapi. Rasional : alat dalam
pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi. Intervensi : Dorong memilih/mencerna
makanan seimbang. Rasional : adanya
anoreksia/malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan
mengganggu penyembuhan.
Kolaborasi
Berikan anti infeksi sesuai
indikasi, contoh : obat utama : isontazid (INH)etambutal (myambutol): rifampin
(RMP/Rifadin). Rasional : kombinasi anti infeksi digunakan,
contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder, INH biasanya
obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada resiko terjadi TB. Pirazinamida (PZA
/ Aldinamide): Para amino salisik ( PAS ): slikoserin (Ceromicine):
streptomisin (strycin). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap
sputum. Rasional : ini obat sekunder
diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. Pasien yang mengalami 3 usapan negative
(memerlukan 3 – 5 bulan), perlu mentaati program obat.
a. Takefektif jalan nafas berhubungan dengan
secret kental, atau secret darah, kelemahan, edema trakea/faringeal. Ditandai
dengan frekwensi pernapasan, irama, kedalaman tidak normal, bunyi napas tak
normal, (ronki, mengi ), stridor, dispnea.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien.
Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriterial
Hasil : Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki /mempertahankan bersihan
jalan nafas. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan
/situasi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji fungsi
pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan
otot aksesori. Rasional : penurunan
bunyi napas dapat menunjukkan atelectasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi
secret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan. Intervensi : Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa/batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya
hemoptisis. Rasional : pengeluaran sulit bila secret sangat
tebal(mis, efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Intervensi : Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan
oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler
tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam. Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernapasan. Intervensi
: Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan area secret
kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan. Bersihan secret dari mulut dan
trakea: penghisapan sesuai keperluan. Rasional
: mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak
mampu mengeluarkan secret. Intervensi :
Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional : pemasukan tinggi cairan
membantu untuk mengencerkan secret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Kolaborasi
Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional mencegah pengeringan membran mukosa: membantu pengenceran secret. Beri obat-obatan sesuai indikasi: agen
mukolitik, contoh asetilsistein (mucomist). Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan
secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator, contoh okstrifilin
(choledil): teofilin (Theo-Dur). Rasional
: bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trancobronkial,
sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. Kortikosteroid (predninson).
Rasional : berguna pada adanya
keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.
c. Resiko
tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar kapiler, secret kental,
tebal, edema bronchial.
Tujuan : Melaporkan tak
adanya/penurunan dispnea. Kriteria hasil
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal. Terbebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji dispnea,
takipnea, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan,
terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan. Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil bronkopneumonia sampai imflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleira, dan
fibrosis luas.
Intervensi : Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran.
Catat sianosis dan/perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan
kuku. Rasional : akumulasi
secret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan
jaringan (rujuk ke DK: bersihan jalan napas, takefektif
Intervensi : Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan
Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Rasional : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi
Awasi seri GDA/nadi oksimetri. Rasional : penurunan kandungan oksigen (PaO2)/saturasi atau
peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program
terapi.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai. Rasional : alat dalam memperbaiki
hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum, dispnea. Anoreksia,
ketidakcukupan sumber keuangan. Ditandai dengan berat badan dibawah 10%-20%
ideal untuk bentuk tubuh, melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan
sensasi pengecap, tonus otot buruk.
Tujuan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas tanda malnutrisi. Kriteria hasil :
Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat yang
tepat.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Catat status
nutrisi pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan
berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya
tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare. Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang tepat. Intervensi
: Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik. Rasional : berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Intervensi : Selidiki anoreksia, mual,
dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuwensi,
volume, konsistensis feses. Rasional
: dapat mempengaruhi pilihan diet
dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan
pemasukan/penggunaan nutrient. Intervensi
: Dorong dan berikan periode istirahat sering. Rasioanl : membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolik meningkat saat demam. Intervensi
: Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional : menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk
pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah. Intervensi : Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat. Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan banyak dan menurunkan
iritasi gaster. Intervensi : Dorong
orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien
kecuali kontraindikasi. Rasional : membuat lingkungan sosial lebih
normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural.
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. Rasional : memberikan bantuan dalam
perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal
pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan. Rasional
: dapat membantu menurunkan insiden
mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada
perut yang penuh. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum,
dan albumin. Rasional : nilai rendah
menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.
e. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan pada/salah intepretasi informasi,
keterbatasan kognitif, tak lengkap informasi yang ada. Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit/
prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kriteria
hasil : Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan risiko pengaktifan ulang TB. Mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi/intervensi. Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan
kesehatan adekuat.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji kemampuan
pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat
partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak
isi, media terbaik, siapa yang terlibat. Rasional : belajar tegantung pada emosi dan kesiapan
fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu. Intervensi : Indentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat,
contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan
pendengaran, vertigo. Rasional :
dapat menunjkkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang
memerlukan evaluasi lanjut. Intervensi :
Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidratdan
pemasukan cairan adekuat (rujukan ke DK: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari
Kebutuhan Tubuh, hal. 246). Rasional : memenuhi kebutuhan metabolik membantu
meminimalkan kelemahan dan meingkatkan penyembuhan. Intervensi : Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan secret. Berikan
instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal
obat. Rasional : informasi tertulis dapat menurunkan hambatan
pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar. Intervensi : Jelaskan dosis obat,
frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji
potensi interaksi dengan obat / subtansi lain. Rasional : meningkatkan
kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai
perbaikan kondisi pasien. Intervensi :
Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan
masalah. Rasional : mencegah
/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meninggkatkan kerja
sama dalam program.
C.
Implementasi
Menurut Carpenito, (2000). Tahap awal
tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan : 1.
Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, 2.
Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan, 3.
Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, 4.
menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, 5. mempersiapkan
lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanank, 6.
mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan.
D.
Evaluasi
Evaluasi
adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah
berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan. (Carpenito, 2000, Hal. 71)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar