Rabu, 23 Januari 2013

Askep TB Paru

Askep TB Paru

A.    Konsep Dasar
1.      Pengertian
            Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansyoer, 1999, hal 472)
            Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal 584).
            Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobakterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah, orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. (Elizabeth, 2000, hal. 414)
            Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda,kaya dan miskin serta dimana saja.
2.      Etiologi
             Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil tuberkulosis (Mycobacterium tuberkulosis humanis). Bakteriologinya adalah :  
·      Mycobacterium tuberculosis familie Nycobakterium yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycobakterium yang salah satu spesiesnya adalah M. Tuberculosis.
·      M. Tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis.
·      Basil Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid sehingga tahan asam. ( Halim, 1998, hal 97)
3.      Patofisiologi
            Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya. Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan banyak bakteri : limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneomoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu stelah pemajanan. Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. (Suzanne & Smeltzer, 2001, hal. 2428)
4.      Manifestasi Klinis
            Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
a)         Tahap asimtomatis.
b)         Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian stagnasi dan regresi.
c)         Eksaserbasi yang memburuk.
d)        Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
1)         Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki basah. Dan lain-lain)
2)         Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
3)         Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.
4)         Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus. (Mansyor, 1999, hal.473)
5.   Penatalaksanaan
a)      Obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain :
·         Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid.
·         Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan strelisasi.
·         Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase :
1)      Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah denga cepat.
2)      Fase lanjutan, melalui kegiatan strelisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konversional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z),
b)      Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1.      Dukungan politik para pimpinan wilayah dis etiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaanpun akan tersedia.
2.      Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan sevara pasif.
3.      Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharakan sembuh pada akhir masa pengobatan.
4.      Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemamtauan pasien dapat berjalan.
5.      Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan paduan obat ini. (Mansyor, 1999, hal 474)
B.     Asuhan Keperawatan
      Menurut Doengoes PPOM (2000), pengkajian, diagnosa keperawatan dan perencanaan pada pasien dengan tuberkulosis paru adalah sebagai berikut
Dasar data pengkajian pasien. Data tergangung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.
1. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
                     Gejala :  kelelahan umum, dan kelemahan, napas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk. Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea, pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjtu).
Integritas Ego
Gejala :            Adanya factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, populasi budaya/etnik, Amerika asli atau imigran dari amerika tengah, asia tenggara, Indian anak benua. Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
Makanan/Cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan berat badan. Gejala :  Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot atau hilang lemak subkutan.
Nyeri/Kenyamanan
Tanda :            Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Gejala :         Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, stress.
Pernafasan
Tanda  :           Batuk, produktif atau tak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis/terpajan pada individu infeksi. Gejala : Peningkatan frekwensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernapasan tak simetris (efusi pleura). Perkusi pekak dan penurunan fremitus ( cairan pleura atau penebalan pleura) bunyi napas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (efusi pleural/pneumotorak). Bunyi napas tubuler dan atau  bisikan pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat di atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels postusicc), karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran broncogenik) tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut )
Keamanan.
Tanda : Adanya kondisi imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif
Gejala : Demam rendah atau sakit panas akut.
Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda  : Riwayat keluarga tuberkulosis. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya tuberkulosis, tidak berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan Rencana pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan keperawatan diri dan pemeliharaan/perawatan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
   Kultur sputum : positif unuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : positif untuk basil asam-cepat. Tes kulit (PDD, Mantouk, potongan volmer) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa tuberkulosis aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh micobakterium yang berbeda. Foto thoraks: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas tuberkulosis dapat termasuk rongga, area fibrosa. Pemeriksaan fungsi paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas ).
Prioritas keperawatan
1)      Meningkatkan / mempertahankan ventilasi / oksigenasi adekuat.
2)      Mencegah penyebaran infeksi
3)      Mendukung prilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan.
4)      Meningkatkan strategi koping efektif.
5)      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan pemulangan
a)      Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
b)      Komplikasi dicegah
c)      Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi.
d)     Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami.
2. Diagnosa dan Perencanaan keperawatan
                            Diagnosa dan perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun diagnosa dan perencanaan tersebut :
a. Resiko tinggi penyebaran/aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia/stasis sekret, kerusakan jaringan/tambahan infeksi, penurunan pertahanan/ penekanan proses imflamasi, malnutrisi, terpajan lingkungan, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi. Kriterial Hasil : Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindar meludah. Rasional : perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi. Intervensi : Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan. Rasional : dapat membantu membantu rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular. Intervensi : Awasi suhu sesuai indikasi. Rasional : reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut. Intervensi : Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat. Rasional : periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. Intervensi : Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi. Rasional : alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi. Intervensi : Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Rasional : adanya anoreksia/malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.
Kolaborasi
Berikan anti infeksi sesuai indikasi, contoh : obat utama : isontazid (INH)etambutal (myambutol): rifampin (RMP/Rifadin). Rasional : kombinasi anti infeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder, INH biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada resiko terjadi TB. Pirazinamida (PZA / Aldinamide): Para amino salisik ( PAS ): slikoserin (Ceromicine): streptomisin (strycin). Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum. Rasional : ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer. Pasien yang mengalami 3 usapan negative (memerlukan 3 – 5 bulan), perlu mentaati program obat.
a.    Takefektif jalan nafas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah, kelemahan, edema trakea/faringeal. Ditandai dengan frekwensi pernapasan, irama, kedalaman tidak normal, bunyi napas tak normal, (ronki, mengi ), stridor, dispnea.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriterial Hasil : Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki /mempertahankan bersihan jalan nafas. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan /situasi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional : penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelectasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi secret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan. Intervensi : Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional : pengeluaran sulit bila secret sangat tebal(mis, efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Intervensi : Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. Berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam. Rasional : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Intervensi : Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan area secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan. Bersihan secret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai keperluan. Rasional : mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan secret. Intervensi : Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional : pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Kolaborasi
Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional mencegah pengeringan membran mukosa: membantu pengenceran secret. Beri obat-obatan sesuai indikasi: agen mukolitik, contoh asetilsistein (mucomist). Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Bronkodilator, contoh okstrifilin (choledil): teofilin (Theo-Dur). Rasional : bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trancobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. Kortikosteroid (predninson). Rasional : berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.
c.  Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar kapiler, secret kental, tebal, edema bronchial.
Tujuan : Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea. Kriteria hasil Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Terbebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan. Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai imflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleira, dan fibrosis luas.
Intervensi : Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/perubahan pada warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku. Rasional : akumulasi secret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan (rujuk ke DK: bersihan jalan napas, takefektif
Intervensi : Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Rasional : menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi
Awasi seri GDA/nadi oksimetri. Rasional : penurunan kandungan oksigen (PaO2)/saturasi atau peningkatan PaO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai. Rasional : alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.
d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum, dispnea. Anoreksia, ketidakcukupan sumber keuangan. Ditandai dengan berat badan dibawah 10%-20% ideal untuk bentuk tubuh, melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecap, tonus otot buruk.
Tujuan : Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan  dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi. Kriteria hasil : Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat yang tepat. 
Intervensi/Rasional
Intervensi : Catat status nutrisi pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare. Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat. Intervensi : Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik. Rasional : berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Intervensi : Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuwensi, volume, konsistensis feses. Rasional : dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrient. Intervensi : Dorong dan berikan periode istirahat sering. Rasioanl : membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam. Intervensi : Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional : menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah. Intervensi : Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan banyak dan menurunkan iritasi gaster. Intervensi : Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi. Rasional : membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural.
Kolaborasi 
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet. Rasional : memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan. Rasional : dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada perut yang penuh. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum, dan albumin. Rasional : nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.
e.  Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan pada/salah intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, tak lengkap informasi yang ada. Tujuan            : Menyatakan pemahaman proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kriteria hasil : Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan risiko pengaktifan ulang TB. Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi. Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat.
Intervensi/Rasional
Intervensi : Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat. Rasional : belajar tegantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu. Intervensi : Indentifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. Rasional : dapat menunjkkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. Intervensi : Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidratdan pemasukan cairan adekuat (rujukan ke DK: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhan Tubuh, hal. 246). Rasional : memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meingkatkan penyembuhan. Intervensi : Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan secret. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat. Rasional : informasi tertulis dapat menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi.  Pengulangan menguatkan belajar. Intervensi : Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji potensi interaksi dengan obat / subtansi lain. Rasional : meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien. Intervensi : Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah. Rasional : mencegah /menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meninggkatkan kerja sama dalam program.
C.    Implementasi
Menurut Carpenito, (2000). Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan : 1. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan, 2. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan, 3. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, 4. menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, 5. mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanank, 6. mengidentifikasi aspekhukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan.
D.    Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Carpenito, 2000, Hal. 71)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar