Selasa, 15 Januari 2013

sahabat yank baik.....

sahabat yank baik.....

“Sahabat yang baik tidaklah selalu mengamini setiap sikap dan tindakan yang kita lakukan. Sahabat yang baik adalah pemberi saran untuk menjadi lebih baik dan lebih maju”
Hai ladies, pasti punya kan BFF a.k.a Best Friend Forever ?
Kali ini saya ingin membahas tentang persahabatan, apalgi tidak dipungkiri kita sebagai cewek cenderung lebih kental dalam hal persahabatan tetapi juga paling mudah kemungkinan bermasalah dalam hal persahabatan, iya dong? Sementara sering kita lihat persahabatan antara cowok cenderung simpel dan tidak memakan perasaan terlalu banyak.
Dalam bersahabat, cewek memasukan unsur perasaan lebih kental, lebih care satu sama lain hingga tak jarang persahabatan mereka terikat dalam suatu geng. Jika telah terjalin hubungan dalam keluarga geng biasanya prinsipnya adalah “jika satu sakit maka yang lain ikut sakit” (terutama untuk urusan hati dan perasaan), siapa yang menyakiti anggota geng berarti orang tersebut dianggap menyakiti anggota lainnya. Begitu seterusnya untuk hal-hal lainnya. Terdengar beraninya main ‘keroyokan’ nggak sih,ladies?
Saya sangat menyukai persahabatan dan saya beryukur bahwa saya dilahirkan dengan banyak sahabat. Saya juga punya sahabat yang sangat dekat dan kami tidak sungkan menyebutnya ‘geng’, mereka menyenangkan, baik dan sudah seperti keluarga. Namun saya bebas! Tidak hanya bersahabat dengan anggota geng saja.
Hey! dunia ini terlalu luas dan wajib untuk dijelajahi, berteman dengan siapa saja, dengan latar belakang yang berbeda akan sangat menyenangkan. Begitu banyak jenis teman. Ada teman saat sekolah, kuliah, teman kerja di tempat lama, teman sehobi, klien yang akhirnya jadi teman bahkan teman nongkrong di warteg. Terlalu sempit jika menutup diri dan hanya terkungkung dalam dunia se-geng saja tanpa melihat dunia luar, cara pandang kita yang sempit, akan mengakibatkan kita menjadi orang yang mudah cemburu dengan petualangan orang lain.
Sahabat yang baik tidak mengandalkan kebohongan dan tidak akan akan menjerumuskan. Sedikit berbagi pengalaman beberapa waktu lalu. Saya sangat sedih begitu sadar bahwa saya kehilangan sahabat yang pernah teramat dekat, sedihnya bukan main lantaran kami gagal dalam mempertahankan jalinan persahabatan tersebut hanya karena sebuah saran dan kritik. Kehilangan seorang sahabat sama halnya seperti saya putus cinta, patah hati. Menyesakkan juga perih tapi semua harus saya ikhlaskan untuk niat yang baik.
Sahabat yang hilang justru yang paling dekat diantara yang dekat, mungkin juga salah saya  yang terlanjur kecewa terhadap dirinya karena dia menganggap kritik adalah sikap menjauhi saat dirinya sedang bermasalah. Saya tidak ingin menjadi pahlawan terhadapnya.
Untuk apa saya pura-pura mengiyakan jika hati saya mengatakan tidak? untuk apa saya pura-pura mengamini tindakan seorang sahabat yang menurut saya salah dan memang salah? Juga untuk apa saya selalu melindungi orang yang nyatanya dialah sendiri yang bertanggungjawab atas pengrusakan diri sendiri?
Bagaimana sosok sahabat yang sesungguhnya itu, hanya akan didapatkan lewat proses yang berlangsung. Ada yang bertahan hanya di bangku sekolah, ada yang kompak hanya karena kesamaan dan yang terakhir persahabatan sejati yang tetap eksis dan teruji nilai-nya oleh waktu, melewati banyak hal-hal, termasuk yang tidak selalu mengenakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar