Sabtu, 12 Januari 2013

Membaca Celetukan Staf Komnas HAM

Membaca Celetukan Staf Komnas HAM

Membaca Celetukan Staf Komnas HAM KOMPAS/HENDRA A SETYAWANSuasana penghitungan suara saat pemilihan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) oleh anggota Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2012). Komisi III akhirnya memilih 13 nama anggota Komnas HAM periode 2012-2017 melalui pemungutan suara.
JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara wacana-wacana besar, realitas kerap tecermin dari hal-hal subtil yang mencuat lewat celetukan. Dilihat dari konteksnya, celetukan, candaan, atau komentar lepas bisa merepresentasikan persoalan yang ditutupi. Pertemuan koalisi lembaga swadaya masyarakat dengan 13 komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Jumat (11/1/2013), memunculkan hal itu.
Sekitar 30 aktivis LSM mempertanyakan keputusan Rapat Pleno Komnas HAM yang tiba-tiba memotong masa jabatan ketua Komnas HAM dari 2 tahun 6 bulan menjadi 1 tahun. Tidak seperti biasa, pertemuan itu dihadiri sekitar 50 anggota staf Komnas HAM.
”Kami yang kerja di lapangan, keputusan komisioner itu kacau banget, bisa berantakan semuanya,” kata seorang staf yang enggan disebutkan namanya.
Seusai mendengarkan keberatan dari Haris Azhar (Kontras) dan Choirul Anam (HRWG), salah seorang komisioner, Natalis Pigai, mempersilakan Ketua Komnas HAM Otto Syamsuddin Ishak menjawabnya. Dari sisi kanan, tiba-tiba terdengar komentar staf. ”Giliran jawab pertanyaan ketua, kemarin aja sama rata sama rasa,” demikian suara itu.
Demikian juga saat Ansori Singan menyatakan kalau masa kepemimpinan itu tak menjamin kinerja Komnas HAM. Apalagi, sudah ada kerangka rencana strategis yang disusun bersama. ”Lima tahun, dua setengah tahun, tidak menjamin kinerjanya pasti bagus,” ujarnya. ”Apalagi setahun, Pak!” komentar anggota staf disambut tawa teman-temannya.
Sambutan paling mencolok adalah saat mantan anggota Komnas HAM, MM Billah, yang terlambat datang masuk ke ruangan. Serta-merta diskusi berhenti karena Billah disambut dengan tepuk tangan.
Staf Komnas HAM bisa dibilang anonim. Namun, dalam keseharian, merekalah yang bekerja dalam senyap jadi mesin penggerak Komnas HAM. Mereka juga yang jadi saksi perdebatan dan perkembangan Komnas HAM dari masa ke masa. Keberatan dari mereka lebih bersifat harapan.
Misalnya saat Stanley Adi Prasetya mengingatkan pentingnya subkomisi pengkajian. ”Kenapa subkomisi pengkajian ada di daftar pertama, tetapi tidak ada yang mau?” Pertanyaan dijawab dengan celetukan staf, ”Keriiing, Pak.”
Saat Billah bertanya soal pemotongan jabatan ketua Komnas HAM, ”Apa alasan nalar, alasan kultural, politik, atau apa?”, lagi-lagi celetukan yang menjawab, ”Alasan Camry, Pak. Elegan.”
Membaca celetukan staf ini, apa harapan Anda pada komisionernya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar