Jangan Sampai Mata Buta Karena Telat Deteksi Glaukoma
Jalan
sering kesandung, jatuh dan suka nabrak adalah ciri-ciri terjadinya
gangguan penglihatan. Kalau cuma mata minus atau plus bisa dibantu
dengan kacamata, tapi kalau sudah terkena glaukoma taruhannya mata bisa
buta.
Pakar menyarankan jangan sampai mata buta akibat glaukoma
karena telat dideteksi. Mata memegang peranan penting dalam hidup
manusia, sebesar 83 persen informasi yang didapatkan seseorang setiap
harinya berasal dari mata.
Jika seseorang mengalami masalah pada penglihatannya, maka secara otomatis hal ini juga bisa membuat kualitas hidupnya menurun.
Di
Indonesia glaukoma telah menjadi penyebab kebutaan nomor dua setelah
katarak. Berbeda dengan katarak yang masih bisa dioperasi, glaukoma
adalah 'si pencuri penglihatan' yang tidak bisa disembuhkan karena
kerusakan yang terjadi pada saraf matanya.
"Glaukoma menyebabkan
kebutaan permanen dan hanya bisa dicegah dengan cara deteksi dini.
Kebanyakan pasien tidak menyadari bahwa dirinya menderita glaukoma,
sehingga rata-rata baru ke rumah sakit setelah mengalami kebutaan di
salah satu mata atau kedua matanya. Karena itu glaukoma disebut juga
sebagai 'si pencuri penglihatan'," ujar Dr Tjahjono D Gondhowiardjo,
SpM(K),PhD dalam acara seminat dan deteksi dini glaukoma di Kemenkes Jl
HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (10/3/2010).
Glaukoma adalah salah
satu kondisi kerusakan saraf mata yang disertai dengan berkurangnya
lapangan pandang, hal ini terkait dengan beberapa faktor yang salah
satunya akibat tekanan bola mata yang tinggi.
Tekanan bola mata
yang normal adalah sekitar 10-21 mmHg, jika tekanan bola matanya
melebihi batas itu maka berisiko terkena glaukoma yang bisa
mengakibatkan kebutaan permanen.
"Kerusakan saraf yang terjadi
membuat aliran cairan di mata terhambat sehingga menjadi bengkak, akibat
aliran yang terganggu ini membuat tekanan bola mata menjadi tinggi,"
tambahnya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menuturkan sebanyak 90
persen kasus glaukoma di negara berkembang tidak terdeteksi. Hal ini
disebabkan deteksi untuk penyakit glaukoma cukup sulit dan membutuhkan
peran aktif dari masyarakat serta dukungan dari pelayanan kesehatan dan
pemerintah.
"Salah satu cara untuk mencegah glaukoma adalah
dengan melakukan deteksi dini terutama bagi orang yang sudah berusia di
atas 40 tahun. Biasanya orang yang glaukoma juga ada yang menunjukkan
gejala seperti kesandung, jatuh, suka nabrak tapi hanya sedikit yang
merasa sakit," ujar ketua Perdami (Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia).
Penyakit glaukoma, menurut Dr Virna dibagi menjadi dua tipe yaitu glaukoma akut (biasanya mudah terlihat) dan glaukoma kronik.
Glaukoma akut:
1. Lebih mudah terdeteksi dengan menggunakan lampu senter.
2. Tanda yang terlihat adalah lapisan kornea mata yang hitam akan berwarna keruh
3. Mata merah dan mengalami nyeri hebat yang rasanya mata seperti mau copot
4. Diikuti dengan mual dan muntah.
Penyebabnya:
1.
Anatomi mata yang lebih kecil dari mata normal, diameter kornea lebih
kecil dan hipermetropi (menggunakan kacamata lensa plus).
2. Pencetus lainnya yaitu emosi, obat-obatan, lensa yang menggendut (swolen lens) dan penerangan yang redup.
"Salah
satu gejala untuk glaukoma akut juga bisa dilihat melalui cahaya, jika
seseorang dari ruangan terang masuk ke ruang gelap dan mata terasa
sakit, tapi sakitnya hilang ketika orang tersebut kembali ke ruangan
yang terang. Ini bisa menjadi indikasi awal," ujarnya.
Glaukoma kronik:
1. Tidak menunjukkan gejala dan hanya bisa diketahui melalui deteksi dini.
2. Mata terlihat normal dan kerusakan saraf terjadi secara pelan-pelan sehingga tidak disadari.
Faktor risiko:
1. Ada anggota keluarga yang menderita glaukoma
2. Mengalami myopia (menggunakan lensa minus berat atau diatas minus 3)
3. Memiliki penyakit hipertensi, hipotensi, migren, gangguan vaskuler dan diabetes melitus.
Jika
glaukoma bisa dideteksi lebih dini, perawatan yang diberikan bisa
dengan menggunakan obat-obatan untuk menurunkan tekanan bola mata
sehingga bisa mencegah kebutaan.
Tapi jika obat-obatan sudah
tidak mempan, maka jalan satu-satunya adalah melalui tindakan laser atau
operasi untuk membuat saluran baru agar cairan dalam bola mata bisa
keluar.
"Pemeriksaan yang dilakukan untuk deteksi dini glaukoma
adalah dengan alat tonometri untuk melihat tekanan bola mata dan alat
ophtalmoskopi untuk melihat ada kerusakan di saraf mata atau tidak,"
ujar DR Dr Ike Sumantri Wiyogo, SpM, ketua Seminat Glaukoma Perdami.
Sedangkan
untuk deteksi dini di puskesmas bisa menggunakan alat chiotz yang
berguna untuk mengukur tekanan bola mata secara sederhana.
"Glaukoma
merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, sama seperti hipertensi
atau DM yang membuat pasiennya harus mengonsumsi obat terus menerus dan
harus tetap mengontrol tekanan bola matanya agar tidak naik lagi.
Karena itu deteksi dini penting dilakukan," ujar dokter yang juga
menjadi kepala departemen mata FKUI/RSCM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar